aku hanya dengar riuh rendah benturan dua telapak tangan beratus – ratus menggema dan histeris mereka dalam gedung gelap di retinaku
aku bernyanyi, mereka menari
cahaya seperti apa yang berani melebur gaunku tengah bianglala ini ?
seperti apa wajah mereka yang memaksa aku bernyanyi, apakah mereka benar – benar suka ?
dan tak ku lihat warna – warna ini
hitam, hitam, di depan kerlingan, dikremasikan terlebih dahulu atau
Dia sengaja menyembunyikan manik – manik berkasnya dari berpuluh – puluh lampu panggung memeluk dingin kejaran waktu yang tertinggal
apa aku berada dalam hayal panggung ?
siulan mereka nyata di telingaku !
memecah gendang telinga lalu memendamnya dalam lengkung bibir berpulas jingga
benarkah jingga ? mana aku tau warna yang kata orang ialah senja. Siapa senja ?
dia tak pernah menjabat syahdu bola mata sembunyi pada katup untuk mengenalnya.
apa ia indah ?
apa ia juga dipaksa bernyanyi ?!
aku terus bernyanyi, dan mereka terus menari
aku tertawa, mereka bertambah riang dan tertawa
aku lelah, mereka masih saja memaksaku bernyanyi
aku pun bernyanyi, bernyanyi, bernyanyi dan bernyanyi !
ini lagu buta !
kalian yakin aku telah ada ?
Karanganyar, 1 Februari 2008